Catatan Awal Semester

Bismillah

alhamdulillah, (akhirnya) dapat kesempatan untuk menulis lagi. Hari ini nyaris H+4 kuliah. Menanggulangi efek bosen baca slide kuliah, jadinya nulis dulu. Alhamdulillah hari pertama kuliah di semester 6 yang menyenangkan dan membangkitkan semangat belajar karena langsung responsi dan tes praktikum.

Menyadari keberadaan diri ini di semester 6, terkadang saya merinding sendiri. Membayangkan betapa cepatnya waktu berlalu. Rasanya baru kemarin, saya menghembuskan nafas lega sembari berteriak dalam hati, “Semester 5 selesaaaaaai!!!”, dan membayangkan berbagai macam kegiatan untuk mengisi liburan. Rasanya baru kemarin lusa saya menginjakkan kaki di semester 5, mendapatkan tugas pertama di hari senin; analisis automasi dan mekanisasi produk. Bahkan rasanya baru beberapa hari yang lalu saya menginjakkan kaki saya di ruang kelas pada pertemuan pertama semester 4, kemudian mojok di mushala sambil baca buku. Wow, time flies so fast~

Terkadang saya merinding, Continue reading

Kisah Ajaib Sang Mujahid Muda (part III)

Perang pun kian memuncak, kedua pasukan bertempur habis-habisan hingga matahari tergelinci dan masuk waktu dzuhur. Ketika itulah Allah berkenan menganugerahkan kemenangan bagi kaum muslimin, dan pasukan Salib lari tunggang langgang.

Setelah mereka terpukul mundur, aku berkumpul bersama beberapa orang sahabatku untuk menunaikan shalat dzuhur. Selepas shalat, mulailah masing-masing dari kita mencari sanak keluarganya diantara para korban.

Sedangkan si bocah.. maka tak seorang pun yang mencarinya atau menanyakan kabarnya. Maka kukatakan dalam hati, “Aku harus mencarinya dan menyelidiki keadaannya, barangkali ia terbunuh, terluka, atau terjatuh dalam tawanan musuh?”

Aku pun mulai mencarinya di tengah para korban, aku menoleh ke kanan dan ke kiri kalau-kalau ia terlihat olehku. Di sanalah aku mendengar suara lirih dibelakangku yang mengatakan, “Saudara-saudara.. tolong panggilkan pamanku Abu Qudamah kemari.. tolong panggilkan Abu Qudamah kemari.”

Aku menoleh ke arah suara tadi, Continue reading

Kisah Ajaib Ibunda Sang Mujahid Muda (Part II)

“Hai Abu Qudamah, temuilah bocah itu. Ia sudah terlalu lama memasak. Ada apa dengannya?” Pinta seorang kepadaku. Lalu aku bergegas menemuinya, kudapati bocah itu telah menyalakan api unggun dan memasak sesuatu di atasnya. Tapi kerena terlalu lelah, ia pun tertidur samping menyandarkan kepala pada sebuah batu.

Melihat kondisinya yang seperti itu, sungguh demi Allah aku tidak sampai hati mengganggu tidurnya, namun aku juga tak mungkin kembali kepada mereka dengan tangan hampa, karena sampai sekarang kami belum menyantap apa-apa.

Akhirnya kuputuskan untuk menyiapkan makanan itu sendiri. Aku pun mulai meramu masakannya, dan sembari menyiapkan masakan, sesekali aku meliriik bocah itu. Suatu ketika terlihat olehku bahwa bocah itu tersenyum. Lalu perlahaan senyumnya makin melebar dan mulailah ia tertawa kegirangan.

Aku merasa takjub melihat tingkahnya tadi, kemudian ia tersentak dari mimpinya dan terbangun.

Ketika melihatku menyiapkan masakan sendirian, ia nampak gugup dan terburu-buru mengatakan,

“Paman, maafkan aku, nampaknya aku terlambat menyiapkan makanan bagi kalian.”

“Ah tidak, kamu tidak terlambat kok,” jawabku.

“Udah, tinggalkan saja masakan ini, biar aku yang menyiapkannya, aku adalah pelayan kalian selama jihad,” kata bocah itu.

“Tidak,” sahutku, “Demi Allah, kau tak kuizinkan menyiapkan apa-apa bagi kami sampai kau ceritakan kepadaku apa yang membuatmu tertawa sewaktu tisue tadi? Keadaanmu sungguh mengherankan,” lanjutku.

“Paman, itu sekedar mimpi yang kulihat sewaktu tidur,” kata si bocah.

“Mimpi apa yang kau lihat?” tanyaku.

Continue reading

Kisah Ajaib Ibunda Sang Mujahid Muda (Part I)

Cerita ini dikutip (dengan sedikit perubahan) dari sebuah buku berjudul “Ibunda Para Ulama” karangan Ustadz Sufyan bin Fuad Baswedan hafidzahullahu ta’ala. Judul asli pada bukunya adalah “Ibunda sang Mujahid Muda”

 

Abu Qudamah konon adalah orang yang hatinya dipenuhi kecintaan akan jihad fi sabilillah. Tak pernah ia mendengar jihad fi sabilillah, atau adanya perang antara kaum muslimin dengan orang kafir kecuali ia selalu ambil bagian bertempur di pihak kaum muslimin.

Suatu ketika saat ia sedang duduk-duduk di Masjidil Haram, ada seseorang yang menghampirinya seraya berkata.

“Hai Abu Qudamah, Anda adalah orang yang gemar berjihad di jalan Allah, maka ceritakanlah peristiwa paling ajaib yang pernah kau alami dalam berjihad.”

“Baiklah, aku akan menceritakannya bagi kalian” kata Abu Qudamah.

“Suatu ketika aku berangkat bersama beberapa sahabatku untu memerangi kaum Salibis di beberapa pos penjagaan dekat perbatasan. Dalam perjalanan itu aku melalui Kota Raqqah (sebuah kota di Irak, dekat sungai Eufrat). Di sana aku memberli seekor untuka yang akan kugunakan untuk membawa persenjataanku. Di samping itu, aku mengajak warga kota lewat masjid-masjid, untuk ikut serta jihad dan berinfak fi sabilillah.

Menjelang malam harinya, ada orang yang mengetuk pintu. Tatkala kubukakan, ternyata ada seorang wanita yang menutupi wajahnya dengan gaunnya. Continue reading

Yang terbaik adalah pilihan Allah

Mengutip artikel ladidah yang saya temukan di fb udrussunnah akhawat yg saya follow.

“Assalamualaikum sahabat
Sahabat, aku tahu, saat tulisan ini sampai kepadamu, kau pasti sedang sibuk sekali bukan? Kuliah sudah mulai berjalan, tugas demi tugas menyapa tanpa malu, rapat dan organisasi meminta waktu, ujian mengintip di balik tanggal sembari tersipu. Hari-harimu sedang dipenuhi oleh banyak agenda. Detik demi detikmu dipenuhi deadline yang terus mengejar tanpa belas kasihan.

Tapi, bolehkah aku meminta waktumu sebentar? Aku ingin duduk bersamamu sejenak, menyingkirkan segala hiruk pikuk dan kesibukan dunia yang terus menguras tenaga dan waktu kita.

Sahabat, dalam kedinian dan kefakiran akan ilmu ini, aku ingin berbagi denganmu sebuah kalimat:
Continue reading

Episode Sendu

Kalender HP yang menunjukkan tanggal 7 Januari cukup menyadarkan saya akan waktu liburan semakin sempit. Dan tentunya menyadarkan saya akan tugas-tugas liburan yang belum sempat dikerjakan, salah satunya adalah membereskan buku semester 5 dan mulai mengisi lemari dengan buku-buku semester 6.

Sejak pukul 1.30 saya mulai membereskan buku plus membereskan kertas-kertas yang ada di dalam map mata kuliah untuk kemudian map-map semester 5 itu dikumpulkan dalam map yang besar dan disatukan di sana.

Asalnya sih, targetnya selesai jam 3, tetapi akhirnya saya memutuskan untuk sekalian merombak buku-buku yang berjejer rapi di atas meja (rapi, tapi ga pernah dibaca karena buku itu adalah buku-buku kuliah kakak saya yang sudah lulus setahun yang lalu). Jadilah saya merombak semua buku-buku yang ada, memilah-milah buku yang sudah dibaca, dan memindahkannya ke lemari buku lain tempat buku-buku yang memang memiliki utilitas rendah alias frekuensi dibaca yang kecil, kemudian mengisi slot lemari dan meja yang kosong dengan buku-buku yang memiliki kemungkinan untuk dibaca lebih tinggi. Sekaligus mengubah posisi buku dengan barang lain supaya tampilannya lebih menarik dan mendorong saya untuk membaca buku.

Memindahkan buku dari satu lemari ke lemari lainnya, kemudian dari lemari yang lain lagi ke lemari yang sudah dipindahkan buku, membuat saya menyadari, ternyata di rumah saya  Continue reading

Ketika Cinta Merindu

Dalam perjalanan menuju kepastian
Berhentilah sejenak
Di persimpangan usia…
Berhentilah sejenak
Dari permainan dunia
Yang melalaikanmu
Berhentilah sejenak dari tawa ria;
Karena berapa banyak
Pemuda dan pemudi
Yang tertawa terbahak-bahak
Pada pagi dan sore hari
Padahal kain kafan mereka
Telah selesai ditenun

maka bersiaplah..
karena persiapan itu
bagian dr ketaqwaan
sebab ketika malam menutupi siang
tak seorangpun yang tahu
apakah ia akan hidup menjelang fajar

(Ketika Cinta Merindu, Ali Ahmad bin Umar) dengan sedikit perubahan

Kemuliaan Abu Bakar Ash-Shiddiq radiyallahu ‘anhu

Ketika ditanya tentang orang-orang yang mulia, kita pasti memiliki jawaban sendiri-sendiri bukan? Ada yang menjawab ayah saya, ibu saya, presiden, pahlawan, dan sebagainya. Tetapi tahukah kita, ada seseorang yang kaum muslimin telah bersepakat atas kemuliaannya setelah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Seseorang itulah yang akan diceritakan kisahnya. Ya, beliau adalah Abu Bakar radiyallahu ‘anhu, sahabat nabi, yang melalui beliau dan sahabat nabi lainnya, risalah warisan para nabi ini sampai kepada kita.

Nama asli beliau adalah ‘Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin Ka’ab bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu-ai bin Ghalib bin Fihr. Beliau lahir sekitar 2,5 sampai 3 tahun setelah Rasulullah lahir. Ayahnya bernama ‘Utsman bin ‘Amir sedangkan ibunya bernama Salma binti Shakhr bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Ta-im. Anak-anaknya bernama ‘Abdullah, Asma’, ‘Aisyah, ‘Abdurrahman, Muhammad, dan Ummu Kultsum.

Abu Bakar radiyallahu ‘anhu adalah seseorang yang putih kulitnya, kurus tubuhnya, tipis kedua pelipisnya, kecil pinggangnya. Wajahnya selalu berkeringat dan matanya hitam. Kebaikan akhlaqnya tidak diragukan lagi, bahkan sejak zaman jahiliyah, sejak zaman sebelum rasulullah datang.

Perjalanan beliau sebagai sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dimulai ketika Allah menurunkan cahaya hidayah ke dalam hatinya untuk memeluk agama yang dibawa oleh rasulullah. Sebagai sahabat yang menemani nabi sejak awal perjuangan, keutamaan dan kemuliaan Abu Bakar radiyallahu ‘anhu tak perlu dipertanyakan lagi.

Abu Bakar adalah laki-laki dewasa yang pertama yang menyambut ajakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk keluar dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Beliaulah orang yang pertama berjuang dan berdakwah di jalan Allah Ta’ala bersama nabi dan beliau pula orang yang pertama disakiti di jalan Allah Ta’ala.

Continue reading