Saat si doi ‘keras kepala’

Doi? saha doi teh?

Maaf judulnya agak annoying sepertinya. hehe. Oke, mari kita sepakati secara sepihak mengenai maksud dari kata ‘doi’ yang akan kita gunakan dalam artikel ini. Doi yang saya maksud adalah orang-orang yang pernah meminta saran kepada kita untuk menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan.

Pernah punya doi alias teman yang sering curhat tentang sesuatu atau minta saran? Pasti pernah. Nah kalau teman yang minta saran tapi sehabis itu saran kita malah ga diturutin? Mungkin sebagian ada yang pernah dan ada yang tidak. However, kadang kita akan menganggap ‘keras kepala dan menyebalkan’ seseorang yang minta saran tapi kemudian ambil keputusan ga sesuai saran. Istilahnya mah, cape gawe teu kapake. Udah capek-capek berpikir untuk memberi saran, eh malah ga dipake. Tau ga sih, mikir tuh capek dan perlu tenaga. Huft.. lelah. (loh, ini kok saya yang jadi emosi?)

Kita kembali ke topik, terlepas dari kekesalan kita terhadap seseorang yang tidak menuruti saran kita, seharusnya kita berprasangka baik, berpikir lebih jauh dan lapang. Sebenarnya kita sedalam apa mengetahui masalah yang kemarin2 teman kita konsultasikan; Sudahkah kita pastikan ia menceritakan masalah tersebut secara keseluruhan atau ia hanya menceritakan hal yang kira-kira kita mengerti di bidangnya? Kita seahli apa sih dalam memberi saran? Kita semengerti apa konteks masalah yang tengah dia hadapi? Saran yang kita berikan secanggih dan seakurat apa sih untuk menyelesaikan masalah? Memangnya kita satu-satunya orang yang ia mintai pendapat dalam menghadapi masalah?

Bisa jadi, kita hanya tau seperseratus dari kebingungan yang tengah teman kita hadapi. Iya, Cuma seperseratus. Karena seperseratus itu adalah bidang yang kita kuasai, teman kita meminta saran terkait hal itu. Masih ada sembilan puluh persen bagian masalah yang tidak kita tahu. Bisa jadi urusan privasi, bisa jadi urusan aib yang tidak boleh diceritakan kepada orang lain, bisa jadi karena beda prinsip antara kita dan dia yang sekiranya teman kita menanyakan ke kita, jawaban kita memang akan bertentangan dengan prinsip yang ia pegang.

Pernah belajar mengenai pengambilan keputusan? Pengambilan keputusan untuk masalah-masalah yang rumit terkadang tidak dapat hanya dilakukan melalui ‘ngemut jari’ dan nebak-nebak apalagi jika banyak hal yang menjadi pertimbangan (multi-criteria decision-making). Pengambilan keputusan yang bersifat multikriteria mengharuskan pengambil keputusan menilai baik buruknya setiap alternatif penyelesaian masalah dari setiap kriteria. Dalam salah satu metode, sebut saja nama metodenya “Rating Terbobot”, setiap alternatif penyelesaian memiliki nilainya masing-masing untuk setiap kriteria dan setiap kriteria memiliki bobot atau kepentingan yang berbeda. Alternatif penyelesaian masalah adalah alternatif yang memiliki nilai terbobot paling besar dari semua kriteria yang ditetapkan.

Kembali ke topik, bisa jadi, apa yang sedang teman kita mintai saran kepada kita hanyalah 1 dari 10 kriteria yang ia pegang dalam pengambilan keputusan. Yang ia meminta saran kita karena kita dapat menilai masalah melalui 1 kriteria keputusan tersebut. Masih ada 9 kriteria lain yang tidak kita tahu dan mungkin memang kita tidak perlu tahu.

 

Ah.. bahkan bisa jadi, ia meminta saran kepada kita karena selama ini kita terlalu merasa penting dan berjasa dalam hidupnya sehingga kita akan memusuhi jika dia tidak menganggap kita penting. Makanya teman kita ini merasa tertekan dan berusaha untuk meminta saran dari kita untuk mencari aman. Astaghfirullah wa atuubu ilaih.

Setiap orang memiliki cerita yang tidak kita tahu, masalah yang (walaupun ia menceritakannya) kita tidak tau persis bagaimana konteksnya, latarbelakang yang tidak perlu diceritakan kepada orang lain, prinsip yang bisa jadi kita anggap remeh padahal penting baginya. Setiap orang punya cerita yang panjang dan luas.. Yang kita ketahui hanyalah sepersekian persennya. Kalau kita diizinkan untuk mengetahuinya, akan mudah bagi kita untuk menerima sikap ‘keras kepalanya’. Kalau tidak, maka maka berprasangka baiklah, setiap orang berusaha mengambil keputusan yang terbaik. Semoga saran yang kita berikan dapat menjadi catatan kebaikan. InsyaaAllah

 

diselesaikan ditemani riuh suara rintik hujan yang mengenai atap

29 Januari 2017

2 thoughts on “Saat si doi ‘keras kepala’

Leave a comment