Saat si doi ‘keras kepala’

Doi? saha doi teh?

Maaf judulnya agak annoying sepertinya. hehe. Oke, mari kita sepakati secara sepihak mengenai maksud dari kata ‘doi’ yang akan kita gunakan dalam artikel ini. Doi yang saya maksud adalah orang-orang yang pernah meminta saran kepada kita untuk menyelesaikan masalah atau mengambil keputusan.

Pernah punya doi alias teman yang sering curhat tentang sesuatu atau minta saran? Pasti pernah. Nah kalau teman yang minta saran tapi sehabis itu saran kita malah ga diturutin? Mungkin sebagian ada yang pernah dan ada yang tidak. However, kadang kita akan menganggap ‘keras kepala dan menyebalkan’ seseorang yang minta saran tapi kemudian ambil keputusan ga sesuai saran. Istilahnya mah, cape gawe teu kapake. Udah capek-capek berpikir untuk memberi saran, eh malah ga dipake. Tau ga sih, mikir tuh capek dan perlu tenaga. Huft.. lelah. (loh, ini kok saya yang jadi emosi?)

Continue reading

Semua Ada Usahanya

Saya sering sekali iri kepada teman-teman saya yang entah kenapa pinternya ga ketulungan, bimbingan dengan profesor yang jadi bapaknya salah satu keilmuan teknik industri di Indonesia dan di semester 7 udah ambil data (eh maaf salah fokus. Untuk teman yang satu ini, saya sedikit iri), tapi yang jauh lebih membuat saya iri adalah teman yang peningkatan kapasitas dan ilmu agamanya benar-benar pesat..

Saya seringkali iri melihat teman saya yang begitu telaten dalam menulis, mengutip dari berbagai buku, dan dari berbagai Bahasa, seolah tidak pernah kehabisan ide untuk membuat catatan dan memberi manfaat bagi orang lain. Sedangkan saya hampir tidak pernah bisa menerbitkan tulisan yang berkualitas hiks (makanya disembunyiin di blog, hahaha)

Saya iri dengan teman saya yang dahulu masih terbata-bata membaca kitab berharakat kemudian sekarang lancar jaya sejahtera membaca kitab gundul, sedangkan saya dari dahulu sampai sekarang tetap bengong ketika berhadapan dengan huruf-huruf arab yang rapi nan imut berjejer.

Saya juga iri dengan teman saya yang dahulu Continue reading

Semangat!

Suatu hari tiba-tiba random mencari nama ibu sendiri di FB, ternyata akunnya sudah lama dihapus.. yang ada hanyalah sebuah grup les dahulu ummi mengajar.

.

.

 

Melihat grup itu, melihat perbincangan para santri, melihat percakapan mereka, tersirat ummi yang begitu semangat, teringat perjuangan dan pengorbanan ummi untuk mengajar, jauhnya jarak, ringkihnya badan, semua tanggung jawab di rumah…  tiba-tiba saya serasa dicambuk seketika.

Sesungguhnya saya sangat tidak pantas untuk bermalas-malasan dalam menuntut ilmu sekarang. Ada cita-cita yang harus saya perjuangkan. Ada semangat mengajar yang harus saya lanjutkan. Ada titipan dan amanah yang harus saya jaga. Ada pengabdian yang tak boleh saya sia-siakan.

Ketahuilah wahai diri, pengabdian itu harus tetap dilanjutkan. Cita-cita itu tak akan pernah bisa diraih dengan kemalasan dan kengganan.

 

Waktu untuk mengumpulkan bekal amat sedikit sedangkan perjalanan yang harus ditempuh amat sangat panjang.

Ya Rabbi..